![]() |
Tampak Pada Gambar Sedang Melakukan Boh Oen Gaca |
Perilaku tidak menyenangkan oleh dewan juri ini, terjadi saat wartawan ingin mengabadikan proses Boh Oen Gaca yang dilakukan peserta dari empat kecamatan di Lhokseumawe. Salah seorang Koordinator Panitia Boh Oen Gaca, Maulidah ketika itu langsung mencegat dan mengusir Rizkita wartawan dan bersama wartawan lainnya, yang baru naik ke atas panggung utama tempat proses lomba berlangsung.
"Turun dulu dan tunggu di bawah panggung. Walaupun wartawan tetap tidak boleh mengambil foto, para peserta lagi proses boh oen gaca (hias inai) di tangan dan di kaki. Karena tampak aurat tidak boleh di foto dulu. Nanti kita berikan waktu 5 menit foto ketika sudah selesai tahap penjurian, tolong hargai kami," kata Maulidah, salah seorang koordinator yang sedang bertugas, jelas Rizkita salah satu wartawan kepada awak media. Wartawan sempat meminta izin kepada Koordinator Panitia Lapangan, Joel Pase untuk mengambil momen festival boh oen gaca.
Namun Maulidah tidak memperkenankan dengan alasan peserta tampak aurat dan tolong ikuti aturan dan kami punya aturan. Rizkita, juga mengatakan dia tidak diizinkan memotret acara yang diselenggarakan di tempat umum tersebut karena terlihat aurat model saat proses pemasangan inai di tangan peserta. Saat dikonfirmasi via seluler, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Pariwisata (Disporapar) Lhoksemawe Zulkifli, mengatakan akan mengevaluasi peristiwa yang menimpa wartawan tersebut. "Baik sedang kita evaluasi," kata Zulkifli.
Sementara itu, Ketua Advokasi AJI Lhokseumawe Khaidir mengatakan, sejumlah wartawan menyesalkan sikap Koordinator Panitia Boh Oen Gaca yang melarang awak media mengambil gambar lomba hiasan boh oen gaca. "Saya kira reaksi mereka terlalu berlebihan. Kalau memang tidak boleh di foto, jangan buat lomba di arena terbuka, buat saja di ruang tertutup," ucap Khaidir.
Larangan ini dianggap sebagai bentuk pelanggaran Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Pada Pasal 4 UU 40/1999 disebutkan bahwa negara menjamin kemerdekaan pers, dan pers nasional mempunyai hak untuk mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi, pungkas Khaidir.
Lhokseumawe Tradisional Culture Festival rencananya akan diadakan mulai 13 - 16 Oktober 2018. Berbagai macam lomba seni budaya khas Aceh akan ditampilkan, seperti Boh Oen Gaca, kuliner khas Aceh, Peuayon Aneuk, tari Seudati dan Rapai Uroeh. (*)
Tag :
NEWS